ARJUNA
Raden Arjuna adalah putra ketiga
dari pasangan Dewi Kunti dan Prabu Pandu atau sering disebut dengan ksatria
Panengah Pandawa. Seperti yang lainnya, Arjuna pun sesungguhnya bukan putra
Pandu, namun ia adalah putra dari Dewi Kunti dan Batara Indra. Dalam kehidupan
orang jawa, Arjuna adalah perlambang manusia yang berilmu tingga namun ragu
dalam bertindak. Hal ini nampak jelas sekali saat ia kehilangan semangat saat
akan menghadapi saudara sepupu, dan guru-gurunya di medan Kurusetra. Keburukan
dari Arjuna adalah sifat sombongnya. Karena merasa tangguh dan juga tampan,
pada saat mudannya ia menjadi sedikit sombong.
Arjuna memiliki dasanama sebagai berikut : Herjuna, Jahnawi, Sang Jisnu, Permadi sebagai nama Arjuna saat muda, Pamade, Panduputra dan Pandusiwi karena merupakan putra dari Pandu, Kuntadi karena punya panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan, Danajaya karena tidak mementingkan harta, Prabu Kariti saat bertahta menjadi raja di kayangan Tejamaya setelah berhasil membunuh Prabu Niwatakaca, Margana karena dapat terbang tanpa sayap, Parta yang berarti berbudi luhur dan sentosa, Parantapa karena tekun bertapa, Kuruprawira dan Kurusatama karena ia adalah pahlawan di dalam baratayuda, Mahabahu karena memiliki tubuh kecil tetapi kekuatannya besar, Danasmara karena tidak pernah menolak cinta manapun, Gudakesa, Kritin, Kaliti, Kumbawali, Kumbayali, Kumbang Ali-Ali, Kuntiputra, Kurusreta, Anaga, Barata, Baratasatama, Jlamprong yang berarti bulu merak adalah panggilan kesayangan Werkudara untuk Arjuna, Siwil karena berjari enam adalah panggilan dari Prabu Kresna, Suparta, Wibaksu, Tohjali, Pritasuta, Pritaputra, Indratanaya dan Indraputra karena merupakan putra dari Batara Indra, dan Ciptaning dan Mintaraga adalah nama yang digunakan saat bertapa di gunung Indrakila. Arjuna sendiri berarti putih atau bening.
Arjuna memiliki dasanama sebagai berikut : Herjuna, Jahnawi, Sang Jisnu, Permadi sebagai nama Arjuna saat muda, Pamade, Panduputra dan Pandusiwi karena merupakan putra dari Pandu, Kuntadi karena punya panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan, Danajaya karena tidak mementingkan harta, Prabu Kariti saat bertahta menjadi raja di kayangan Tejamaya setelah berhasil membunuh Prabu Niwatakaca, Margana karena dapat terbang tanpa sayap, Parta yang berarti berbudi luhur dan sentosa, Parantapa karena tekun bertapa, Kuruprawira dan Kurusatama karena ia adalah pahlawan di dalam baratayuda, Mahabahu karena memiliki tubuh kecil tetapi kekuatannya besar, Danasmara karena tidak pernah menolak cinta manapun, Gudakesa, Kritin, Kaliti, Kumbawali, Kumbayali, Kumbang Ali-Ali, Kuntiputra, Kurusreta, Anaga, Barata, Baratasatama, Jlamprong yang berarti bulu merak adalah panggilan kesayangan Werkudara untuk Arjuna, Siwil karena berjari enam adalah panggilan dari Prabu Kresna, Suparta, Wibaksu, Tohjali, Pritasuta, Pritaputra, Indratanaya dan Indraputra karena merupakan putra dari Batara Indra, dan Ciptaning dan Mintaraga adalah nama yang digunakan saat bertapa di gunung Indrakila. Arjuna sendiri berarti putih atau bening.
Pada saat lahir, sukma
Arjuna yang berwujud cahaya yang keluar dari rahim ibunya dan naik ke kayangan
Kawidaren tempat para bidadari. Semua bidadari yang ada jatuh cinta pada sukma
Arjuna tersebut yang bernama Wiji Mulya. Kegemparan tersebut menimbulkan
kemarahan para dewa yang lalu menyerangnya. Cahaya yang samar samar tersebut
lalu berubah menjadi sesosok manusia tampan yang berpakaian sederhana.
Hilangnya sukma Arjuna
dari tubuh Dewi Kunthi menyebabkan kesedihan bagi Prabu Pandu. Atas nasehat
Semar, Pandu lalu naik ke kayangan dan meminta kembali putranya setelah diberi
wejangan oleh Batara Guru.
Sejak muda, Arjuna
sudah gemar menuntut ilmu. Ia menuntut ilmu pada siapapun. Menurutnya
lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Guru-gurunya antara lain adalah
Resi Drona, dari Resi Dona ia mendapat senjata ampuh yang bernama panah
Cundamanik dan Arya Sengkali, yang kedua adalah Begawan Krepa, Begawan
Kesawasidi, Resi Padmanaba, dan banyak pertapa sakti lainnya. Dalam kisah
Mahabarata, Arjuna berguru pada Ramaparasu, namun dalam kisah pewayangan, hal
tersebut hampit tidak pernah disinggung.
Dalam pewayangan
diceritakan bahwa Arjuna memiliki lebih dari 40 orang istri namun hanya
beberapa saja yang terkenal dan sering di singgung dalam pedalangan.
Istri-istri Arjuna adalah sebagai berikut :
- Endang Jimambang
berputra Bambang Kumaladewa dan Bambang Kumalasekti
- Dewi Palupi atau Dewi Ulupi berputra Bambang Irawan
- Dewi Wara Sumbadra berputra Raden Angkawijaya atau Raden Abimanyu.
- Dewi Srikandi tidak berputra
- Dewi Ratri berputra Bambang Wijanarka
- Dewi Dresnala berputra Bambang Wisanggeni
- Dewi Juwitaningrat berputra Bambang Senggoto yang beujud raksasa
- Endang Manuhara berputri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati
- Dewi Banowati berputri Endang Pergiwati (diasuh oleh Endang Manuhara)
- Dewi Larasati berputra Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras
- Dewi Gandawati berputra Bambang Gandakusuma
- Endang Sabekti berputra Bambang Priyembada
- Dewi Antakawulan berputra Bambang Antakadewa
- Dewi Supraba berputra Bambang Prabakusuma
- Dewi Wilutama berputra Bambang Wilugangga
- Dewi Warsiki tidak diketahui putranya
- Dewi Surendra tidak diketahui putranya
- Dewi Gagarmayang tidak diketahui putranya
- Dewi Tunjungbiru tidak diketahui putranya
- Dewi Leng-Leng Mulat tidak diketahui putranya
- Dewi Citranggada berputra Bambang Babruwahana
- Dewi Lestari tidak berputra
- Dewi Larawangen tidak berputra
- Endang Retno Kasimpar tidak berputra
- Dewi Citrahoyi tidak berputra
- Dewi Manukhara tidak berputra
- Dewi Palupi atau Dewi Ulupi berputra Bambang Irawan
- Dewi Wara Sumbadra berputra Raden Angkawijaya atau Raden Abimanyu.
- Dewi Srikandi tidak berputra
- Dewi Ratri berputra Bambang Wijanarka
- Dewi Dresnala berputra Bambang Wisanggeni
- Dewi Juwitaningrat berputra Bambang Senggoto yang beujud raksasa
- Endang Manuhara berputri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati
- Dewi Banowati berputri Endang Pergiwati (diasuh oleh Endang Manuhara)
- Dewi Larasati berputra Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras
- Dewi Gandawati berputra Bambang Gandakusuma
- Endang Sabekti berputra Bambang Priyembada
- Dewi Antakawulan berputra Bambang Antakadewa
- Dewi Supraba berputra Bambang Prabakusuma
- Dewi Wilutama berputra Bambang Wilugangga
- Dewi Warsiki tidak diketahui putranya
- Dewi Surendra tidak diketahui putranya
- Dewi Gagarmayang tidak diketahui putranya
- Dewi Tunjungbiru tidak diketahui putranya
- Dewi Leng-Leng Mulat tidak diketahui putranya
- Dewi Citranggada berputra Bambang Babruwahana
- Dewi Lestari tidak berputra
- Dewi Larawangen tidak berputra
- Endang Retno Kasimpar tidak berputra
- Dewi Citrahoyi tidak berputra
- Dewi Manukhara tidak berputra
Banyaknya istri yang
dimiliki Arjuna ini dalam cerita pewayangan bukanlah merupakan gambaran
seseorang yang serakah istri atau mata keranjang, namun gambaran bahwa Arjuna
dapat menerima dan diterima oleh semua golongan. Ketika muda, Arjuna pernah
ingin memperistri Dewi Anggraini, istri Prabu Ekalaya atau juga sering disebut
Prabu Palgunadi dari kerajaan Paranggelung. Saat itu Arjuna yang ingin
memaksakan kehendaknya mengakibatkan Dewi Anggraini bunuh diri karena ia hanya
setia pada suaminya. Prabu Ekalaya yang mengetahui hal itu menantang Arjuna,
namun kehebatan Prabu Ekalaya ternyata lebih dari Arjuna. Arjuna lalu mengadu
pada Drona. Ia beranggapan gurunya telah ingkar janji dengan pernah menyebutkan
tidak akan pernah mengajari memanah kepada siapapun selain Arjuna. Resi Drona
lalu pergi kepada Prabu Ekalaya. Prabu Ekalaya memang adalah penggemar dari
Resi Drona, namun karena ia tak dapat berguru secara langsung, ia menciptakan
arca Drona di istananya untuk diajak bicara dadn berlatih. Oleh Drona hal
tersebut dianggap sebagai suatu hal terlarang dengan memasang arcanya di sana.
Maka sebagai gantinya Resi Drona lalu meminta Cincin Mustika Ampal yang telah tertanam
di ibu jari Prabu Ekalaya. Oleh drona jari tersebut lalu dipotong lalu di
tempelkan pada jari Arjuna. Sejak itulah Arjuna memiliki enam jari pada tangan
kanannya. Hal ini dalam bahasa Jawa disebut siwil. Saat bertemu dengan Arjuna
lagi, Prabu Ekalaya kalah. Saat itu ia menyadari bahwa ia telah diperdaya, maka
sebelum mati ia berkata akan membalas dendam pada Drona kelak dalam Perang
Baratayuda.
Arjuna memiliki banyak
sekali senjata dan aji-aji.Senjata-senjata Arjuna antara lain adalah Panah
Gendewa dari Batara Agni setelah ia membantu Batara Agni melawan Batar Indra
dengan membakar Hutan Kandawa, Panah Pasopati dari Kirata, seorang pemburu
jelmaan Batara Guru, sebelum Arjuna membunuh Niwatakaca, Mahkota Emas dan
berlian dari Batara Indra, setelah ia mengalahkan Prabu Niwatakaca dan menjadi
Raja para bidadari selama tujuh hari, keris Pulanggeni, keris Kalanadah yang
berasal dari taring Batara Kala, Panah Sarotama, Panah Ardadali, Panah
Cundamanik, Panah Brahmasirah, Panah Angenyastra, dan Arya Sengkali, keempatnya
dari Resi Drona, Minyak Jayangketon dari Begawan Wilawuk, mertuanya, pusaka
Mercujiwa, panah Brahmasirah, cambuk kyai Pamuk, panah Mergading dan banyak
lagi. Selain itu aji-aji yang dimiliki Arjuna adalah sebagai berikut :
-Aji Panglimunan/Kemayan
: dapat menghilang
- Aji Sepiangin : dapat berjalan tanpa jejak
- Aji Tunggengmaya : dapat mencipta sumber air
- Aji Mayabumi : dapat meperbesar wibawa dalam pertempuran
- Aji Mundri/Maundri/Pangatep-atep : dapat menambah berat tubuh
- Aji Pengasihan : menjadi dikasihi sesama
- Aji Asmaracipta : menambah kemampuan olah pikir
- Aji Asmaratantra : menambah kekuatan dalam perang
- Aji Asmarasedya : manambah keteguhan hati dalam perang
- Aji Asmaraturida : meanmbah kekuatan dalam olah rasa
- Aji Asmaragama : menambah kemampuan berolah asmara
- Aji Anima : dapat menjadi kecil hingga tak dapat dilihat
- Aji Lakuna : menjadi ringan dan dapat melayang
- Aji Prapki : sampai tujuan yang diinginkan dalam sekejap mata
- Aji Matima/Sempaliputri : dapat mengubah wujudnya.
- Aji Kamawersita : dapat perkasa dalam olah asmara
- Aji Sepiangin : dapat berjalan tanpa jejak
- Aji Tunggengmaya : dapat mencipta sumber air
- Aji Mayabumi : dapat meperbesar wibawa dalam pertempuran
- Aji Mundri/Maundri/Pangatep-atep : dapat menambah berat tubuh
- Aji Pengasihan : menjadi dikasihi sesama
- Aji Asmaracipta : menambah kemampuan olah pikir
- Aji Asmaratantra : menambah kekuatan dalam perang
- Aji Asmarasedya : manambah keteguhan hati dalam perang
- Aji Asmaraturida : meanmbah kekuatan dalam olah rasa
- Aji Asmaragama : menambah kemampuan berolah asmara
- Aji Anima : dapat menjadi kecil hingga tak dapat dilihat
- Aji Lakuna : menjadi ringan dan dapat melayang
- Aji Prapki : sampai tujuan yang diinginkan dalam sekejap mata
- Aji Matima/Sempaliputri : dapat mengubah wujudnya.
- Aji Kamawersita : dapat perkasa dalam olah asmara
Arjuna pernah membantu
Demang Sagotra rukun dengan istrinya saat ia mencari nasi bungkus untuk Nakula
dan Sadewa setelah peristiwa Balesigala-gala. Konon hal ini yang membuat Demang
Sagotra rela menjadi tawur kemenangan Pandawa kelak dalam Perang Baratayuda
Jayabinangun.
Setelah Pandawa
dihadiahi hutan Kandaprasta yang terkenal angker, Arjuna bertemu dengan Begawan
Wilawuk yang sedang mencarikan pria yang diimpikan putrinya. Saat itu Begawan Wilawuk
yang berujud raksasa membawa Arjuna dan menikahkannya dengan putrinya, Dewi
Jimambang. Konon ini adalah istri pertama dari Arjuna. Dari mertuanya, ia
mendapat warisan minyak Jayangketon yang berhasiat dapat melihat makhluk halus
jika dioleskan di pelupuk mata. Minyak ini berjasa besar bagi para Pandawa yang
saat itu berhadapan dengan Jin Yudistira dan saudara-saudaranya yang tak dapat
dilihat mata biasa. Saat itu pulalah Arjuna dapat mengalahkan Jin Dananjaya
dari wilayah Madukara. Jin Danajaya lalu merasuk dalam tubuh Arjuna. Selain
mendapat nama Dananjaya, Arjuna juga memperoleh wilayah kesatrian di Madukara
dengan Patih Suroto sebagai patihnya.
Saat menjadi buangan
selama 12 tahun di hutan setelah Puntadewa kalah dalam permainan dadu Arjuna
pernah pergi untuk bertapa di gunung Indrakila dengan nama Begawan Mintaraga.
Dia saat yang sama Prabu Niwatakaca dari kerajaan Manimantaka yang meminta Dewi
Supraba yang akan dijadikan istrinya. Saat itu tak ada seorang dewapun yang
dapat menandingi kehebatan Prabu Niwatakaca dan Patihnya Ditya Mamangmurka.
Menurut para dewa, hanya Arjunalah yang sanggup menaklukan raja raksasa
tersebut. Batara Indra lalu mengirim tujuh bidadari untuk memberhentikan tapa
dari Begawan Mintaraga. Ketujuh bidadari tersebut adalah Dewi Supraba sendiri,
Dewi Wilutama, Dewi Leng-leng Mulat, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki, Dewi
Gagarmayang dan Dewi Surendra. Tetapi ketujuh bidadari tersebut tetap saja
tidak berhasil menggerakkan sang pertapa dari tempat duduknya. Setelah ketujuh
bidadari tersebut kembali ke kayangan dan melaporkan kegagalannya, tiba-tiba
munculah seorang raksasa besar yang mengobrak-abrik gunung Indrakila. Oleh
Ciptaning, Buta tersebut di sumpah menjadi seekor babi hutan. Lalu babi hutan
tersebut dipanahnya. Disaat yang bersamaan panah seorang pemburu yang bernama
Keratapura. Setelah melalui perdebatan panjang dan perkelahian, ternyata Arjuna
kalah. Arjuna lalu sadar bahwa yang dihadapinya tersebut adalah Sang Hyang Siwa
atau Batara Guru. Ia lalu menyembah Batara Guru. Oleh Bataar Guru Arjuna diberi
panah Pasopati dan diminta mengalahkan Prabu Niwatakaca. Ternyata mengalahkan
Prabu Niwatakaca tidak semudah yang dibayangkan. Arjuna lalu meminta bantuan
Batari Supraba. Dengan datangnya Dewi Supraba ke tempat kediaman Prabu Niwatakaca,
membuat sang Prabu sangat senang karena ia memang telah keseng-sem dengan sang
dewi. Prabu Niwatakaca yang telah lupa daratan tersebut menjawab semua
pertanyaan Dewi Supraba, sedang Arjuna bersembunyi di dalam gelungnya.
Pertanyaan tersebut diantaranya adalah dimana letak kelemahan Prabu Niwatakaca,
sang Prabu dengan tenang menjawab, kelemahannya ada di lidah. Seketika itu
Arjuna muncul dan melawan Prabu Niwatakaca. Karena merasa di permainkan, Prabu
Niwatakaca membanting Arjuna dan mengamuk sejadi-jadinya. Saat itu Arjuna hanya
berpura-pura mati. Ketika Niwatakaca tertawa dan sesumbar akan kekuatannya,
Arjuna lalu melepaskan panah Pasopatinya tepat kedalam mulut sang prabu dan
tewaslah Niwatakaca.
Arjuna lalu diangkat
menjadi raja di kayangan Tejamaya, tempat para bidadari selama tujuh hari (satu
bulan di kayangan = satu hari di dunia). Arjuna juga boleh memilih 40 orang
bidadari untuk menjadi istrinya dimana ketujuh bidadari yang menggodanya juga
termasuk dalam ke-40 bidadari tersebut dan juga Dewi Dresnala, Putri Batara
Brahma. Selain itu Arjuna juga mendapat mahkota emas berlian dari Batara Indra,
panah Ardadali dari Batara Kuwera, dan banyak lagi. Arjuna juga diberi
kesempatan untuk mengajukan suatu permintaan. Permintaan Arjuna tersebut adalah
agar Pandawa jaya dalam perang Baratayuda. Hal ini menimbulkan kritik keras
dari Semar yang merupakan pamong Arjuna yang menganggap Arjuna kurang
bijaksana. Menurut Semar, Arjuna seharusnya tidak egois dengan memikirkan diri
sendiri dan tidak memikirkan keturunan Pandawa lainnya. Dan memang benar,
kesemua Putra Pandawa yang terlibat dalam Perang Baratayuda tewas.
Di saat Arjuna sedang
duduk-duduk tiba-tiba datanglah Dewi Uruwasi. Dewi Uruwasi yang telah jatuh
cinta terhadap Arjuna meminta dijadikan istrinya. Arjuna menolak secara halus,
namun Dewi Uruwasi yang sudah buta karena cinta tetap mendesak. Karena Arjuan
tetap menolak, Dewi Uruwasi mengutuknya akan menjadi banci kelak. Arjuna yang
sedih dengan kutukan tersebut dihibur Batara Indra. Menurut Batara Indra hal
tersebut akan berguna kelak dan tak perlu disesali.Setelah kembali dari
Kayangan, Arjuna dan saudara-saudaranya harus menyamar di negri Wirata. Dan
disinilah kutukan Dewi Uruwasi berguna. Arjuna lalu menjadi guru tari dan
kesenian, dan menjadi banci yang bernama Kendri Wrehatnala. Di akhir
penyamarannya, Arjuna kembali menjadi seorang ksatria dan mengusir para kurawa
yang ingin mnghancurkan kerajaan Wirata. Arjuna lalu akan dikawinkan dengan
Dewi Utari namun Arjuna meminta agar Dewi Utari dikawinkan dengan putranya
yaitu Raden Abimanyu.
Kendati Arjuna adalah
seorang berbudi luhur namun ia tetap tidak dapat luput dari kesalahan. Hal ini
menyangkut hal pilih kasih. Saat putranya Bambang Sumitra akan menikah dengan
Dewi Asmarawati, Arjuna terlihat acuh tak acuh. Oleh Semar, lalu acara tersebut
diambil alih sehingga pesta tersebut berlangsung dengan sangat meriah dengan
mengadirkan dewa-dewa dan dewi-dewi dari kayangan. Arjuna kemudian sadar akan
kekhilafannya dalam hal pilih-pilih kasih. Suatu pelajaran yang dapat dipetik
disini adalah sebagai orang tua hendaknya tidak memilih-milih kasih pada
anak-anaknya.
Dalam perang
Baratayuda Arjuna menjadi senopati Agung Pandawa yang berhasil membunuh banyak
satriya Kurawa dan juga senotapi-senopati lainnya. Yang tewas di tangan Arjuna
antara lain Raden Jayadrata yang telah membunuh putra kesayangannya yaitu
Abimanyu, Prabu Bogadenta, Raden Citraksa, Raden Citraksi, Raden Burisrawa, dan
Adipati Karna.
Masih dalam
Baratayuda, Arjuna yang baru saja kehilangan putra kesayangannya menjadi
kehilangan semangat, ditambah lagi guru dan saudara-saudaranya satu-persatu
gugur di medan Kurusetra. Prabu Kresna lalu memberi nasihat bahwa dalam perang
itu tidak ada kawan-lawan, kakak-adik ataupun guru-murid semuanya adalah takdir
dan harus dijalani. Ajaran ini dikenal dengan nama Bagawat Gita. Yang membuat
semangat ksatria penengah pandawa tersebut kembali menyala saat akan berhadapan
dengan Adipati Karna, saudara tua seibu.
Setelah Perang
Baratayuda berakhir, Dewi Banowati yang memang telah lama berselingkuh dengan
Arjuna kemudian diperistrinya. Sebelumnya Arjuna telah memiliki seorang putri
dari Dewi Banowati. Di saat yang sama Prabu Duryudana yang mulai curiga dengan
hubungan istrinya dan Arjuna lalu berkata bahwa jika yang lahir bayi perempuan,
itu adalah putri dari Arjuna dan Banowati akan diusir tetapi jika itu laki-laki
maka itu adalah putranya. Saat bayi tersebut lahir ternyata adalah seorang
perempuan. Banowati sangat panik akan hal itu. Namun atas pertolongan Kresna,
bayi tersebut ditukar sebelum Prabu Duryudana melihatnya. Bayi perempuan yang
lalu diasuh oleh Dewi Manuhara, istri Arjuna yang lain kemudian di beri nama
Endang Pergiwati. Karena kelahirannya hampir sama dengan putri Dewi Manuhara
yang bernama Endang Pergiwa, lalu keduanya di aku kembar. Sedang untuk putra
dari Dewi Banowati dan Prabu Duryudana, Prabu Kresna mengambil seorang anak
gandrawa dan diberi nama Lesmana Mandrakumara. Karena ia adalah anak gandrawa
yang dipuja menjadi manusia, maka Lesmana Mandrakumara memiliki perwatakan yang
cengeng dan agak tolol. Malang bagi Dewi Banowati, pada malam ia sedang
mengasuh Parikesit, ia dibunuh oleh Aswatama yang bersekongkol dengan
Kartamarma dan Resi Krepa untuk membunuh Parikesit yang masih Bayi. Dihari yang
sama Dewi Srikandi, dan Pancawala juga dibunuh saat sedang tidur. Untunglah
bayi parikesit yang menangis lalu menendang senjata Pasopati yang di taruh
Arjuna di dekatnya dan membunuh Aswatama.
Arjuna yang sedang
sedih karena Banowati telah dibunuh bersama Dewi Srikandi lalu mencari seorang
putri yang mirip dengan Dewi Banowati. Putri tersebut adalah Dewi Citrahoyi,
istri Prabu Arjunapati yang juga murid dari prabu Kresna. Prabu Kresna yang
tanggap akan hal itu lalu meminta Prabu Arjunapati menyerahkan istrinya pada
Arjuna. Prabu Arjunapati yang tersinggung akan hal itu menantang Prabu Kresna
berperang dan dalam pertempuran itu Prabu Arjunapati gugur sampyuh dengan Patih
Udawa dan Dewi Citrahoyi lalu menjadi istri Arjuna.
Setelah penguburan
para pahlawan yang gugur dalam perang Baratayuda dan pengangkatan Prabu
Puntadewa menjadi raja Astina dengan gelar Prabu Kalimataya, Arjuna
melaksanakan amanat kakaknya dengan mengadakan Sesaji Korban Kuda atau disebut
Sesaji Aswameda. Arjuna yang diiringi sepasukan tentara Astina lalu mengikuti
seekor kuda kemanapun kuda itu berjalan dan kerajaan-kerajaan yang dilewati
kuda tersebut harus tunduk pada Astina, jika tidak Arjuna dan pasukannya akan
menyerang kerajaan tersebut. Semua kerajaan yang dilewati kuda tersebut
ternyata dapat dikalahkan. Arjuna lalu kembali ke Astina dan akhir hidupnya
diceritakan mati moksa dengan keempat saudaranya dan Dewi Drupadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar